Jumat, 03 Desember 2010

Menara Banten

Menara Banten



Menara Banten ini terletak tidak jauh dari Klenteng Banten kira-kira 5 meter, Menara Banten ini dulu dipakai oleh masyarakat sekitar sebagai tempat untuk mengumandangkan Adzan, karena pada jaman dahulu belum ada pengeras suara, dalam menara banten ini kalau kita teriak akan ada gema, makanya dipakai oleh masyarakat sekitar untuk mengumandangkan Adzan atau memberi tahu kan tanda bahaya. Kalau kita naik keatas menara banten ini, akan terlihat pemandangan yang luar biasa, apalagi kalau pagi-pagi kita akan melihat pegunungan yang masih berselimutkan kabut. Menara Banten ini bersebelahan dengan makam para raja-raja banten, dan disekitar Menara banten ini terdapat benda cagar budaya yang dilindungi contohnya Jembatan Rantai, Benteng Surosowan. Disekitar jalan menuju Menara Banten ini banyak sekali para pengemis, maka kalau mau kesini, kalian harus bawa uang recehan, buat memberi sedekah kepada para pengemis. Dan disekitar Menara Banten ini ada para pedagang yang memperjual belikan kebutuhan untuk sholat, seperti peci, sajadah, mukanah, tasbih, dan bila kalian ingin nyekar kemakam para raja, disini juga tersedia para pedagang kembang 7 rupa, dan minyak wangi. Naik ke menara banten ini, sebenarnya tidak bayar, hanya kita harus memberi uang seikhlasnya untuk perawatan menara banten ini. Untuk naik keatas menara banten kita akan melewati anak tangga, yang cukup panjang, dan sempit, hanya bisa dilalui oleh satu orang saja, jadi jika diatas masih ada orang, kita harus menunggu orang yang diatas turun, barulah kita naik keatas. Disamping Menara Banten ini juga terdapat mesjid yang digunakan untuk keperluan hari keagamaan umat muslim. Dan tempat ini biasa ramai pada bulan menjelang puasa atau idul fitri.

Danau tasikardi

Danau Tasikardi

Danau Tasikardi
Kabupaten Serang – Banten – Indonesia
Danau Tasikardi
Danau Tasikardi di Desa Margasana, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang

A. Selayang Pandang

Kata Tasikardi merupakan gabungan dua suku kata dari bahasa Sunda, yaitu tasik dan ardi yang artinya danau buatan. Menurut sejarahnya, danau tersebut dibuat pada masa pemerintahan Panembahan Maulana Yusuf (1570-1580 M), sultan kedua Kesultanan Banten. Konon, danau yang luasnya mencapai 5 hektar dan bagian dasarnya dilapisi dengan ubin batu bata ini, dahulunya, merupakan tempat peristirahatan sultan-sultan Banten bersama keluarganya.
 Pada masa itu, danau yang juga dikenal dengan Situ Kardi ini memiliki fungsi ganda. Selain sebagai penampung air dari Sungai Cibanten yang digunakan untuk mengairi areal persawahan, danau ini juga dimanfaatkan untuk memenuhi pasokan air bagi keluarga keraton dan masyarakat sekitarnya. Air Danau Tasikardi dialirkan ke Keraton Surosowon melalui pipa-pipa yang terbuat dari tanah liat berdiameter 2-40 sentimeter. Sebelum digunakan, air danau tersebut terlebih dahulu disaring dan diendapkan di tempat penyaringan khusus yang dikenal dengan sebutan pengindelan abang (penyaringan merah), pengindelan putih (penyaringan putih), dan pengindelan emas (penyaringan emas).
Dewasa ini, Danau Tasikardi, bersama Masjid Agung Banten, Keraton Surosowon, Keraton Kaibon, Pasar Lama Serang, Benteng Speelwijk, dan Vihara Avalokitesvara, masuk dalam Situs Banten Lama. Keberadaan situs-situs yang berada di Kabupaten Serang tersebut, selain menjadi saksi bisu tentang kegemilangan peradaban Kesultanan Banten pada masa lampau, juga merupakan tempat tujuan wisata sejarah yang mengasyikkan. Para pengelola biro perjalanan wisata pun telah mengemas situs-situs tersebut dalam satu paket wisata khusus, yaitu Kawasan Wisata Banten Lama.  

B. Keistimewaan

Mengunjungi Danau Tasikardi yang konon tidak pernah kering dan tidak pernah meluap ini terbilang istimewa. Karena dengan mengunjungi danau tersebut, berarti wisatawan telah mengunjungi situs sejarah dan sekaligus obyek wisata yang memesona. Sebagai situs sejarah, keberadaan danau ini adalah bukti kegemilangan peradaban Kesultanan Banten pada masa lalu. Untuk ukuran saat itu, membuat waduk atau danau buatan untuk mengairi areal pertanian dan memenuhi kebutuhan pasokan air bagi penduduk merupakan terobosan yang cemerlang.
Sedangkan sebagai obyek wisata, danau ini merupakan salah satu tempat rekreasi yang cukup ramai dikunjungi pelancong, terutama pada akhir pekan dan hari-hari libur lainnya. Air danaunya yang tenang dan bergerak mengikuti hembusan angin, serta jejeran pepohonan rindang yang mengelilinginya, tepat sekali dipilih sebagai tempat rekreasi yang menyenangkan bersama keluarga, atau sekadar untuk mencari inspirasi. Nuansa agraris yang tercermin dari hamparan luas areal persawahan yang mengitari danau, apalagi ketika memasuki musim tanam atau musim panen, kian melengkapi daya tarik kawasan ini. Pelancong dapat menikmati keindahan Danau Tasikardi dari bawah rindangnya pepohonan, shelter-shelter, atau sambil lesehan di atas tikar yang disewakan.
Selain itu, danau ini adalah rumah bagi banyak ikan, sehingga wisatawan yang suka memancing dapat menyalurkan hobinya di sini. Sedangkan bagi wisatawan yang ingin “menyatu” dengan kawasan danau, dapat berkemah di camping ground yang luas dan aman yang terdapat di kawasan ini.
Bila anda bosan berada di tepi danau, anda dapat mendatangi sebuah pulau yang dahulunya merupakan tempat rekreasi keluarga kesultanan. Untuk mencapai pulau seluas 44 x 44 meter persegi yang berjarak sekitar 200 meter dari bibir danau ini, wisatawan dapat menyewa perahu. Di pulau tersebut, masih dapat dilihat sisa-sisa peninggalan Kesultanan Banten, seperti kolam penampungan air, pendopo, dan kamar mandi keluarga kesultanan. Juga terdapat jungkit-jungkitan, semacam tempat permainan untuk anak-anak yang terbuat dari besi panjang, yang terletak di samping pendopo.
Jelang matahari terbenam, eksotisme danau yang menjadi saksi bisu tentang kegemilangan Banten pada masa lalu ini kian memikat hati turis. Burung-burung kecil yang terbang rendah di tepi danau dan sesekali menyambar air danau, kian mengukuhkan betapa spesialnya obyek wisata tirta (air) ini. Nuansa tersebut dapat dicerap oleh turis dari tepi danau maupun dari atas perahu yang melaju perlahan-lahan di atas danau.  

Museum Banten Lama

Museum Banten Lama

Ini bagian dari perjalanan gw ikut acara Tour KAMA UI "Old City Banten". Museum ini nyimpen lumayan banyak barang-barang peninggalan budaya dulu. Baju, perhiasan, alat perang, alat sehari-hari, pajangan, mesin cetak,atap, dll. Tapi sayang banget, museumnya kurang terawat dan terjaga (Tp ini bkin gw sedikit lega karena berarti museum di Jakarta msh bisa dibilang terawat). Temen2 panitia KAMA UI sih cukup membantu tp sayangnya pihak museum sendiri kurang mempersiapkan guide-nya buat dampingin tamu.





Museum Banten-1.jpg
  




Museum Banten-2.jpg
  




Museum Banten-3.jpg
  




Museum Banten-4.jpg
  




Museum Banten-5.jpg
  




Museum Banten-6.jpg
  




Museum Banten-7.jpg
  




Museum Banten-8.jpg
  




Museum Banten-9.jpg
  




Museum Banten-10.jpg
  




Museum Banten-11.jpg
  




Museum Banten-12.jpg
  




Museum Banten-13.jpg
  




Museum Banten-14.jpg
  




Museum Banten-15.jpg
  




Museum Banten-16.jpg
  




Museum Banten-17.jpg
  




Museum Banten-18.jpg
  




Museum Banten-19.jpg
  




Museum Banten-20.jpg
  




Museum Banten-21.jpg
  




Museum Banten-22.jpg
  




Museum Banten-23.jpg
  




Museum Banten-24.jpg
  




Museum Banten-25.jpg
  




Museum Banten-26.jpg
  




Museum Banten-27.jpg
  




Museum Banten-28.jpg
  




Museum Banten-29.jpg
  




Museum Banten-30.jpg
  




Museum Banten-31.jpg
  




Museum Banten-32.jpg
  




Museum Banten-33.jpg
  




Museum Banten-34.jpg
  




Museum Banten-36.jpg
  




Museum Banten-37.jpg
  




Museum Banten-38.jpg
  




Museum Banten-39.jpg
  




Museum Banten-40.jpg
  




Museum Banten-41.jpg